Thursday, September 10, 2015

Suatu Ketika Di Serambi Masjid



Di serambi sebuah masjid. Setelah jamaah usai melaksanakan sholat maghrib, satu demi satu jamaah kembali pulang ke rumah. Di antara banyaknya jamaah ada seorang bapak berkemeja putih, berpeci hitam, sebuah tas pinggang yang melilit di bahunya. Bapak ini berbeda dari yang lainnya bliau harus berjalan dengan panduan sebuah tongkat, bapak ini mengalami gangguan pengelihatan alias buta.

MasyaAllah... betapa malu diri ini ketika melihat semangat bapak ini untuk beribadah kepada Tuhannya. Betapa malu diri ini karena kurangnya rasa syukur. Lihatlah bliau. Tak terasa dada ini kian sesak dan mata yang sedari tadi biasa saja perlahan mulai terasa ada sesuatu yang ingin keluar, nafas yang tadinya normal tiba-tiba menjadi tersenggal-senggal.

Bapak ini berjalan keluar masjid. Hingga sampai pada ujung serambi bliau harus berhenti dan mulai meraba dengan tongkatnya karena bertangga. Aku ingin sekali membantunya, tapi aku sadar bahwa sebenarnya bapak ini tak butuh belas kasihan sehingga aku hanya berdiri siaga dibelakangnya  seraya memberikan instruksi agar berhati-hati hingga akhirnya bliau mampu melewati beberapa anak tangga dan sampai di dasar.

Sesampainya di dasar ada sesuatu hal mungkin agak terasa sulit bagi bapak ini, yaitu mencari sandal miliknya diantara puluhan pasang sandal jamaah lainnya. satu persatu sandal dicobanya untuk memastikan bahwa itu sandal miliknya. Tak begitu lama ada seorang pemuda yang menawarkan diri untuk membantu bapak ini, maka dengan seketika pemuda ini bertanya

"Sandalnya warna apa, pak ?"

Yahh... gimana sih lu
     


No comments:

Post a Comment