Wednesday, July 29, 2015

Jangan Mau Jadi Pengusaha



Ketika masih anak-anak dan ditanya apa cita-citamu ? mungkin banyak dari kita yang menjawab ingin jadi dokter, guru, polisi, presiden dan berbagai profesi keren lainnya. sejenak kita mengira bahwa profesi yang keren itu dapat dilihat dari seragamnya, atau tingkah lakunya.

Tetapi kawan ketika usia kita beranjak remaja, ketika pertanyaan itu kembali terlontar, apakah jawaban kita masih sama ? dan ketika kita beranjak dewasa masih menjawab dengan jawaban yang sama ?.

Sebagian dari kita akan menjawab IYA dan sebagian lagi akan menjawab TIDAK. Bagi teman-teman yang menjawab IYA aku ucapkan selamat ya, karena kamu konsisten terhadap tujuan hidupmu. Lalu bagaimana dengan yang TIDAK ? ada apakah gerangan.

Ada beberapa alasan mengapa cita-cita dapat berubah diantaranya adalah keadaan yang mengharuskan kita merubahnya, dan alasan lain karena kita tidak benar-benar menginginkannya. Pertanyaan selanjutnya mengapa kita tidak benar-benar menginginkannya ? jawabannya sudah pasti karena kita tahu apa yang kita inginkan ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita harapan.

Di era modern ini ketika sebagian anak muda ditanya tentang cita-cita banyak yang menjawab ingin menjadi pengusaha, begitupun aku. Dan kusarankan bagi teman-teman yang bercita-cita sebagai pengusaha untuk mengurungkan niat dan berganti ke profesi lain sebelum anada menyesalinya. 

Teman.. mungkin kita mengira bahwa menjadi pengusaha itu asyik, hidup berkemewahan, banyak waktu luang, selalu dikejar uang bukan kita yang mengejar uang. Tapi kawan, sebelum kita sampai ke fase itu ada sebuah fase yang harus dilewati bagi seorang pengusaha. sebuah fase yang harus dijalani dengan darah dan air mata. Anehnya tidak banyak dari kita yang memahami fase ini sehingga harus berhenti ditengah jalan sebelum melewatinya.

Seorang pengusaha kaya pernah bertanya dalam sebuah seminar "Apakah anda pernah di tipu ? atau mengalami kebangkrutan ? jika belum anda tidak layak jadi pengusaha".

Haruskah pengusaha itu mengalami penipuan atau kebangkrutan ? bukan itu poinnya tapi sejauh mana kita bertahan dalam menghadapi tantangan. Menjadi seorang pengusaha itu banyak sekali halangan dan harus mau merasakan malu, perih, sakit, bingung, gelisah, tidak menyenangkan, hidup dalam bayang-bayang kompetisi dan persaingan. Jadi kawan, aku peringatkan sekali lagi untuk jangan mau menjadi seorang pengusaha kalau anda tak mau menghadapi fase ini.

Setiap orang punya alasan yang berbeda untuk dapat bertahan melewati fasi ini. Ketika aku ditanya apa alasanmu bercita-cita menjadi seorang pengusaha ? maka jawabanku "Dengan bercita-cita menjadi seorang pengusaha aku menjadi lebih dekat Tuhanku dan lebih termotivasi untuk berbagi. Maka akan kutinggalkan cita-citaku jika itu menjauhkanku dari Tuhanku dan enggan untuk berbagi". Karena pengusaha bukanlah profesi tetapi mental dan pola fikir.

-Renungan Subuh-


No comments:

Post a Comment