Ketika masih anak-anak dan
ditanya apa cita-citamu ? mungkin banyak dari kita yang menjawab ingin jadi
dokter, guru, polisi, presiden dan berbagai profesi keren lainnya. sejenak kita
mengira bahwa profesi yang keren itu dapat dilihat dari seragamnya, atau
tingkah lakunya.
Tetapi kawan ketika usia kita
beranjak remaja, ketika pertanyaan itu kembali terlontar, apakah jawaban kita
masih sama ? dan ketika kita beranjak dewasa masih menjawab dengan jawaban yang
sama ?.
Sebagian dari kita akan
menjawab IYA dan sebagian lagi akan menjawab TIDAK. Bagi teman-teman yang
menjawab IYA aku ucapkan selamat ya, karena kamu konsisten terhadap tujuan hidupmu. Lalu bagaimana dengan yang TIDAK ? ada apakah gerangan.
Ada beberapa alasan mengapa
cita-cita dapat berubah diantaranya adalah keadaan yang mengharuskan kita
merubahnya, dan alasan lain karena kita tidak benar-benar menginginkannya.
Pertanyaan selanjutnya mengapa kita tidak benar-benar menginginkannya ?
jawabannya sudah pasti karena kita tahu apa yang kita inginkan ternyata tidak
sesuai dengan apa yang kita harapan.
Di era modern ini ketika
sebagian anak muda ditanya tentang cita-cita banyak yang menjawab ingin menjadi
pengusaha, begitupun aku. Dan kusarankan bagi teman-teman yang bercita-cita
sebagai pengusaha untuk mengurungkan niat dan berganti ke profesi lain sebelum
anada menyesalinya.
Teman.. mungkin kita mengira
bahwa menjadi pengusaha itu asyik, hidup berkemewahan, banyak waktu luang,
selalu dikejar uang bukan kita yang mengejar uang. Tapi kawan, sebelum kita
sampai ke fase itu ada sebuah fase yang harus dilewati bagi seorang pengusaha.
sebuah fase yang harus dijalani dengan darah dan air mata. Anehnya tidak banyak
dari kita yang memahami fase ini sehingga harus berhenti ditengah jalan sebelum
melewatinya.
Seorang pengusaha kaya pernah
bertanya dalam sebuah seminar "Apakah anda pernah di tipu ? atau mengalami
kebangkrutan ? jika belum anda tidak layak jadi pengusaha".
Haruskah pengusaha itu
mengalami penipuan atau kebangkrutan ? bukan itu poinnya tapi sejauh mana kita
bertahan dalam menghadapi tantangan. Menjadi seorang pengusaha itu banyak
sekali halangan dan harus mau merasakan malu, perih, sakit, bingung, gelisah,
tidak menyenangkan, hidup dalam bayang-bayang kompetisi dan persaingan. Jadi
kawan, aku peringatkan sekali lagi untuk jangan mau menjadi seorang pengusaha
kalau anda tak mau menghadapi fase ini.
Setiap orang punya alasan yang
berbeda untuk dapat bertahan melewati fasi ini. Ketika aku ditanya apa alasanmu
bercita-cita menjadi seorang pengusaha ? maka jawabanku "Dengan
bercita-cita menjadi seorang pengusaha aku menjadi lebih dekat Tuhanku dan lebih termotivasi untuk berbagi. Maka akan kutinggalkan cita-citaku jika itu menjauhkanku dari
Tuhanku dan enggan untuk berbagi". Karena pengusaha bukanlah profesi tetapi mental
dan pola fikir.
-Renungan Subuh-
No comments:
Post a Comment