Jadi
gini, Pada suatu hari di sebuah kerajaan yang damai, makmur, dan sejahtera
hiduplah seorang raja yang bijaksana, adil, gagah, rajin menabung, dan tidak
sombong. Sang raja sangat dicintai oleh rakyatnya, begitupun rakyatnya sangat
mencintai Rajanya. Ehh…. sama aja ya,
maksudnya Raja juga menyayangi rakyatnya. Semasa pemerintahan Sang Raja tidak
ada rakyat miskin, semua hidup dalam kecukupan dan keharmonisan.
Tapi
suatu ketika Sang Raja jatuh sakit dan merasa ajalnya akan segera tiba. Maka
Sang Raja hendak mengadakan sayembara untuk mencari pengganti dirinya. Dibukalah
pendaftaran bakal calon Raja. Para pemuda antusias untuk mendaftar. Pemilihan
diawali dari seleksi admisnistrasi, wawancara, dsb (dan saya bingung) Hingga
pada akhirnya terpilihlah tiga calon Raja.. empat
aja lah biar beda sama cerita-cerita lain. Masa’ dari dulu tiga, gak kreatif.
Keempat
calon raja tersebut diwajibkan untuk melewati seleksi tahap akhir yang dipimpin
oleh Sang Raja Sendiri. Masing-masing peserta diberikan sebuah tantangan dari
Sang Raja.
“Aku
hendak memilih salah satu dari kalian untuk menjadi penggantiku. Untuk itu aku
akan memeberikan sebuah tantangan untuk kalian dan barangsiapa yang bisa
menyelesaikan tantangan tersebut dialah yang akan menggantikan aku.” Kata Sang
Raja.
Masing-masing
peserta diberi sebuah ranting kering. Tugas mereka adalah mematahkan ranting
tersebut, tapi dengan satu syarat yaitu siapapun tidak boleh ada yang
mengetahuinya. Tapi sebelum tantangan itu dilaksanakan raja berpidato pada
Rakyatnya dan berpesan kepada para Calon Raja.
“Negeri
ini akan semakin besar jika dipimpin oleh orang-orang berani terhadap apapun
tetapi takut dan tunduk pada Tuhannya. Maka pergilah kalian… Sesungguhnya
ranting itu tak akan bisa dipatahkan”. Pesan Sang Raja.
Kemudian
pergilah para Calon Raja itu untuk menyelesaikan misi dari Sang Raja.
Setelah
beberapa hari mereka kembali kehadapan Sang Raja dan Penduduk Negeri. Dari
empat peserta, tiga diantaranya membawa ranting yang patah sedangkan hanya satu
orang yang membawa ranting yang masih utuh. Para penduduk negeri itu mulai
penasaran. Siapakah nantinya yang akan menjadi Raja mereka.
“Hai
pemuda bagaimana hasilhya ?”. Tanya Sang Raja pada Calon no 1.
“Sesuai
perintah baginda hamba telah mematahkan ranting ini ditengah hutan, dan tidak
ada siapapun yang tahu”. Jawabnya.
“Hebat
sekali… hutan itu banyak binatang buasnya dan kau telah masuk ke dalamnya, kau
sungguh berani”.
Seluruh
penduduk bertepuk tangan atas keberanian Calon No. 1. Lalu Sang Raja pun
bertanya pada Calon No.2
“Apa
yang sudah engkau lakukan wahai pemuda ?”. Tanya Sang Raja.
“Hamba
sudah mendaki gunung tertinggi lalu mematahkan ranting ini, dan hamba pastikan
tidak ada siapapun yang mengetahuinya.”
“Mendaki
gunung itu sangat berbahaya harus melewati tebing yang terjal dan jurang yang
curam, dank au sungguh berani.” Puji Sang Raja.
Para
wargapun kembali bertepuk tangan. Kali ini lebih riuh dan ramai. Raja pun
melanjutkan pertanyaan pada Calon ke 3.
“Apa
yang sudah engkau lakukan ?”.
“Saya
telah menyelam dilautan dalam dan mematahkan ranting ini”.
“Luar
biasa… tidak banyak orang yang bisa menyelam sedalam itu dan bergelut dengan
hiu-hiu ganas, dank au telah melakukannya itu luar biasa”.
Penduduk
negeri semakin antusias mereka bertepuk tangan dengan penuh semangat, tak
sedikit dari mereka yang berdiri untuk mengapresiasi. Bahkan dari mereka ada
yang sudah menduga inilah pengganti Raja.
Tapi
hasil belum pasti masih ada satu peserta yang belum diinterogasi. Berbeda dari
ketiga calon sebelumnya yang bertubuh besar dan kekar, Pemuda ini berbadan
kecil, kurus, dekil, dan lusuh. Ia hanyalah seorang petani yang tinggal
dipinggiran negeri. Calon no 4 ini ternyata rantingnya masih utuh. Tidak hanya
Raja, Rakyatpun dibuat heran oleh pemuda yang satu ini. Tantangan yang
diberikan begitu mudah tapi mengapa dia tak bisa menyelesaikannya. Raja pun
begitu penasaran, ditanyalah pemuda ini.
“Wahai
anak muda mengapa tak kau patahkan rantingnya. Bukankah itu hanya sebuah
ranting kering ?”.
“Yang
bener aja, Ja… mau dimanapun sembunyi di belakang rumah, masuk ke hutan, naik
gunung, menyelam ke dasar laut. Allah Maha Tahu, dimanapun saya berada Dia
selalu mengawasi maka tak ada kesempatan bagiku untuk mematahkan ranting ini.”
Para
warga yang menyaksikan kejadian ini dibuat kaget bukan kepalang. Bagaimana bisa,
ia berani lancang pada Raja, berkata dengan perkataan yang tak seharusnya diucapkan
Rakyat kepada Rajanya. Habis sudah.. sepetinya pemuda ini akan dijatuhi hukuman
pancung, begitu pikir sebagian warga.
Tapi
apa yang terjadi justru sebaliknya Sang Raja malah terwawa bahagia
No comments:
Post a Comment